Hari kedua kunjungan di SMKN 2 Malang

Pada hari kedua akhirnya kami bertemu juga dengan Ibu Zul di perpustakaan SMKN 2 Malang, Pada awalnya kami terkejut karena beliau tidak tahu tujuan kami datang ke SMKN 2 Malang adalah untuk melakukan magang. Menurut beliau, kami datang ke SMKN 2 Malang untuk melakukan kunjungan biasa (mampir) atau untuk mengambil data. Kemudian kami menjelaskan maksud kedatangan kami ke SMKN 2 Malang sambil menunjukkan surat pengantar. Menurut beliau mungkin ada kesalahpahaman / belum turunnya informasi dari pihak sekolah kepada Ibu Zul. Setelah kami menjelaskan, Ibu Zul menjelaskan kepada kami tentang kelas virtual yang sudah berjalan di SMKN 2 Malang. Ada 2 kelas virtual yang dibukan, masing-masing kelas berjumlah 10 orang dan siswa yang ada di kelas virtual di ambil dari kelas reguler TKJ 1 dan 2 dengan sistem bagi para siswa yang ingin mengikuti kelas virtual silahkan mendaftar dengan catatan mempunyai laptop sendiri. Kedua kelas tersebut sudah mempelajari modul simulasi digital dan sampai pada materi video. 
Kelas virtual ini sudah berjalan dan para siswa yang mengikuti kelas ini merasa lebih mudah mengikuti pelajaran karena semua kegiatan belajar baik pemberian modul, materi, dan ujian sudah di lakukan secara online. Jadi pada kelas virtual materi atau modul pada malam sebelumnya sudah di upload di edmodo dan guru mengintruksikan agar para siswa untuk mengunduhnya dan mempelajari materi atau modul tersebut sehingga esok harinya guru hanya menjelaskan sedikit dan siswa bisa langsung melakukan praktek dengan waktu yang lebih lama. Hal ini berbeda dengan kelas reguler dimana materi di sampaikan di berikan pada hari itu juga sehingga waktu untuk melakukan praktek lebih sedikit. 
Akan tetapi kemudian beliau memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan kendala yang di hadapi berkaitan dengan kelas virtual ini, antara lain sebagai berikut :
  1. Para siswa di kelas virtual merasa kesulitan saat melakukan ujian semester karena siswa beranggapan materi yang disampaikan di kelas virtual dirasakan berbeda dengan kelas reguler meskipun kata beliau materinya sama saja. Hal ini terjadi karena siswa di kelas virtual di tuntut untuk belajar mandiri sedangkan kelas reguler gurunya lebih banyak menjelaskan di depan kelas, jadi seakan-akan berbeda. Soal – soal Ujian semester sendiri kebanyakan keluar dari materi kelas reguler dan siswa kelas virtual merasa kesulitan terutama pada mata pelajaran UN seperti matematika dan bahasa inggris, karena bagaimanapun juga ak dapat di pungkiri bahwa kedua mata pelajaran tersebut bisa lebih di pahami apabila di jelaskan langsung oleh guru.
  2. Siswa reguler merasa cemburu kepada para siswa di kelas virtual, menurut mereka kelas virtual lebih di untungkan karena semua di lakukan secara online. Banyak siswa dari kelas reguler yang ingin masuk ke kelas virtual, namun karena kuota yang terbatas hanya 10 orang setiap kelasnya dan yang menjadi kendala terberat siswa reguler yang ingin masuk ke kelas virtual adalah karena mereka tidak memiliki laptop sendiri. Jadi karena hal-hal tersebut maka terjadilah kesenjangan antara siswa di kelas reguler dengan siswa yang ada di kelas virtual.
Oleh karena itu untuk mencari solusi dari 2 point diatas, maka diputuskan akan melakukan pertemuan kembali pada hari Senin 13 januari 2014 guna mencari solusi bagaimana kedepannya apakah tetap di pisahkan kedua kelas tersebut ataukah di gabung menjadi satu dengan konsekuensi pada saat kegiatan belajar mengajar simulasi digital 1 laptop di gunakan oleh 2 orang siswa, tapi ini hanya opsi yang di berikan oleh Ibu Zul. Pada pertemuan hari senin tersebut akan di ikut sertakan pula guru wali dari kelas reguler agar solusi dari kendala-kendala tersebut adalah solusi yang terbaik. Pertemuan juga akan membahas tentang jadwal mengajar kami di SMKN 2 Malang.

0 komentar: